Facebook

Minggu, 16 Juli 2017

Perjalanan ke Sayang bersama si Sayang: Sayang Heulang, Pameungpek, Garut

Tulisan pertama di tahun 2017 ini juga menjadi penanda setahun berlalu sejak terakhir kali aku menulis catatan perjalananku. Bukan berarti aku tidak bepergian kemana-mana dalam setahun ini, hanya saja kesibukan kerja menjadi alasan sampah utama untuk ‘hiatus’ dari menulis.

Lalu, apa gerangan yang jadi pencetus keinginanku untuk menulis kali ini? Entahlah. Di satu sisi, aku ingin membagikan berbagai informasi berguna yang dapat dibaca bagi orang yang akan mengadakan perjalanan serupa. Di sisi lainnya, aku ingin membanggakan diriku pada dunia mengenai perjalanan menyenangkan yang aku lakukan bersama dengan pasanganku. Kupikir, alasan yang kedua tentunya lebih umum, kan? So, selamat membaca tulisan perjalanan super panjang khas Anak Kota Story!




Jadi, setelah memiliki rencana yang tak kunjung juga terealisasikan bersama teman-teman, akhirnya aku dan pasangan memutuskan untuk segera pergi ke pantai. Tak ada satupun dari kami berdua yang mengetahui tentang kondisi jalanan dan lokasi dari pantai yang akan kami kunjungi ini, Santolo dan Sayang Heulang. Semuanya murni bermodal dari sedikit sumber yang ada di Internet. Waktu perencanaan dan persiapan bekal pun kami lakukan seadanya dengan mindset “yang penting ada makanan dan disana ga lapar”. Begitupun dengan izin kepada orang tuaku yang dilakukan sangat mendadak, satu malam sebelum kepergian.

Karena kami berdua tahu pasti bahwa kami tidak diizinkan bermalam di lokasi, kami memutuskan untuk pergi pagi sekali dari Bandung dan berencana untuk pulang setelah Ashar nantinya. Tepat pukul 06.00 pagi kami meluncur dari pusat kota Bandung ke arah Ujung Berung sesegera mungkin sebelum jam kemacetan dimulai.

Sebetulnya ada dua rute untuk menuju pantai di kawasan Garut ini; yang pertama melalui Pangalengan, dan yang kedua melalui Cikajang Garut. Karena kami belum terlalu mengenal jalur selatan Pangalengan, kami memutuskan pergi melalui Cikajang Garut.


Sekitar 2 jam lamanya kami berkendara dengan motor berkecepatan tinggi sampai akhirnya sampai di Tarogong, Garut. Kami hanya berhenti sekitar dua kali untuk membeli minum dan mengisi bensin. Karena itu, jangan harap kalian dapat menempuh waktu yang sama kalau bawa motornya santai dan banyak berhentinya. Di Tarogong, kami melanjutkan perjalanan menuju Cikajang melalui Garut Kota. Perjalanan dari Tarogong menuju Cikajang ini sendiri membutuhkan waktu sekitar 1 jam lamanya. Tentu saja jaraknya lumayan jauh ya. 

Salah satu pemandangan dari daerah Gunung Gelap

Nanti, ketika kalian sudah melewati Alun-Alun Kota Garut, kalian lurus saja terus sampai menemui lampu merah. Dari lampu merah tersebut langsung belok kanan. Di sebelah kiri kalian, akan ada papan yang memberitahukan informasi mengenai jarak dari titik tersebut menuju lokasi wisata Pantai Selatan yang ada di Garut. Dari titik tersebut menuju Pantai Sayang Heulang sendiri lumayan jauh, sekitar 84 km. Ya, dengan jarak segitu kalian sudah bisa sampai Sukabumi kalau berangkat dari Bandung. Jauh banget? Banget!

Sesampainya di daerah Cikajang, hujan mulai turun. Untungnya kami membawa jas hujan yang nyaris saja kami simpan mengingat pemikiran “Ah, mau ke pantai mah pasti panas, ga akan hujan!”. Iya, itu kalau kalian pergi ke Pelabuhan Ratu atau pantai-pantai lain di daerah Utara. Aku akhirnya tahu kalau untuk menuju Pantai Selatan, kami harus melewati perkebunan teh dan puncak pegunungan tinggi yang ditutupi kabut tebal. Dinginnya jangan ditanya, rasa sedih masih terasa ketika mengingat tangan pasangan yang sampai mati rasa karena menahan dingin sembari mengendarai motor. Kabut tebal ketika melewati pegunungan pun membuat jarak pandang berkurang hanya sampai 100 meter saja. Jalanan yang berkelok kelok dan rusak di beberapa titik pun membuat waktu tempuh perjalanan menjadi sangat lama. Dari perkebunan teh Cikajang sampai tiba di kota Pameungpeuk, kami membutuhkan waktu 2 jam.


Dua jam penuh rasa putus asa dan mati rasa.

Tapi tenang, ketika sudah sampai di Pameungpeuk, kalian akan merasakan hangatnya udara khas daerah pesisir pantai. Walaupun sebetulnya sama saja dengan udara kota Bandung di siang hari. Matahari mulai muncul dan menghangatkan badan kami. Ketika melihat pemandangan sekeliling, akupun dapat melihat ujung dari persawahan yang aku yakiinnnn sekali kalau itu adalah pantai. Setelah meyakinkan diri dengan bertanya kepada warga sekitar, kami segera meluncur ke Pantai Sayang Heulang. Sekitar pukul 11.00 kurang kami akhirnya benar-benar sampai di sana

Saat kalian sampai di sana, akan ada gerbang dengan pos penjagaan yang memberikan tiket masuk. Tenang saja, penjaganya resmi dari Dinas Pariwisata Garut kok. Hanya dengan membayar 5ribu/orang kalian sudah bisa masuk dan tanpa biaya parkir ataupun pungli-pungli lainnya. Murah meriah! Begitupun kalau kalian nanti mau masuk ke Pantai Santolo, 5ribu rupiah untuk tiap orangnya dan bebas menikmati pantai setelahnya.

Ombak di pantai selatan memang tergolong ganas dan berbahaya. Begitupun di pantai Sayang Heulang ini. Ombaknya luar biasa dan anginnya membuatku oleng berkali kali ketika berjalan. Saranku sih, kalau mau main air tunggu sekitar pukul 14.00. Pada siang menjelang sore hari, air laut akan surut dan pantai menjadi aman untuk disinggahi. Bahkan kalian bisa berjalan sampai hampir ke tengah pantai. Kalian bisa makan siang atau main-main di pinggir pantai untuk menunggu surut tiba.

Air laut belum begitu surut tapi sudah bisa coba berjalan ke tengah pantai

Kalau sudah surut, kondisi pantai jadi amat sangat indah! Karang dan rumput laut terlihat jelas di dasar pantai karena airnya sangat jernih dan bersih. Selain itu, kalian bisa mampir ke pulau Santolo hanya dengan berjalan kaki. Itupun kalau kalian mau. Daripada naik perahu 20ribu saat air laut masih pasang. Aku sih pilih yang gratisan.

Kalau air laut sudah surut, kalian bisa melihat banyak nelayan yang berjalan sangat jauh ke batas ombak untuk mencari kerang segar. Di pinggir pantai pun banyak sekali warga yang selesai menjemur rumput laut untuk diolah menjadi berbagai macam makanan sedap. Sinar matahari yang menuju terbenam akan mempercantik pemandangan di sekitar pantai. Lovely!



Oiya, kalau mau menginap, masih ada banyak sekali penginapan dengan kisaran harga 100rb-200rb semalam. Kami sempat ditawari menginap oleh seorang warga di sebuah pondok kayu tepat di pinggir pantai. Kalau dilihat dari luar, bisa dihuni sampai 6-7 orang. Coba tebak harganya, 200 ribu rupiah saja pemirsa!!! Gila, jaman gini 200 rebu doaaang. Udah gitu, pas aku coba tanya harga penginapan lainnya, harganya ternyata sama rata 150ribu sajah! Wih, mantep bener. Kalau di daerah pantai terkenal lainnya, mana bisa dapat penginapan dengan harga segitu. Bebas pula mau disii berapa orang.

Bukan hanya keindahan laut dan murahnya fasilitas disana yang membuat aku kagum, ketiadaan pungli, fasilitas masjid yang sangat bagus, dan juga keamanan disana sangat aku apresiasi. Motor bisa diparkir di gazebo yang dapat digunakan gratis, barang-barang pun bisa kita simpan di sana, dan semuanya aman selagi kita bermain air. Aku sempat meninggalkan motor dan tas sekitar sejam lamanya dan semuanya masih aman.

Kesenangan kami di pantai harus diakhiri ketika adzan ashar berkumandang. Tanda sore hari telah tiba dan kami tahu dengan jelas bahwa kami harus dapat melintasi pegunungan sebelum matahari benar-benar tenggelam.




Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada laut yang indah, aku dan pasangan akhirnya melakukan perjalanan pulang dengan rasa sedih. Sedih karena harus berpisah dengan laut dan sedih mengingat betapa jauh dan sulitnya perjalanan melintasi pegunungan dingin dan berkabut.

Untuk kalian yang mau melakukan perjalanan menuju Sayang Heulang dan Santolo menggunakan jalur Cikajang Garut, aku sarankan beberapa hal:
  • ·   Gunakan jaket dan pakaian tebal serta selalu sediakan jas hujan. Daerah Cikajang-Pameungpeuk terletak di pegunungan. Walaupun cuaca sedang cerah, kabut akan tetap ada dan udara pun akan tetap sangat dingin.
  • ·   Beli bensin cadangan yang dimasukkan dalam botol untuk bekal perjalanan. Kami menghabiskan sekitar ±8L bensin untuk perjalanan pergi pulang. Tentu disana banyak pertamini bersliweran sepanjang jalan, namun harganya beda jauh dengan di kota. Kalau mau berhemat, saran aku sih bekal saja J
  • ·     Berangkat pagi sekali dan pastikan kendaraan dalam keadaaan prima. Ketika memasuki pegunungan, kalian akan menghadapi jalan berkelok menanjak dan menurun. Pastikan ban tidak licin dan rem berfungsi sempurna, pun lampu menyala terang.
  • ·       Kalau tidak mau bermalam di sana, pulang sebelum pukul 16.40. Kenapa? Karena jalanan di area pegunungan sangat gelap tanpa penerangan, sepi, dan rawan kecelakaan. Kendaraan pun tidak bisa meaju terlalu kencang karena jalurnya yang berkelok. Tentunya kalian tidak mau sampai rumah terlalu malam dengan kondisi jalanan yang banyak begalnya akhir-akhir ini.
  • ·         Tidak usah repot-repot keluar area Sayang Heulang kalau mau ke Santolo. Cukup tunggu sampai air surut dan kalian bisa berjalan kaki menuju pulau Santolo. Motor pun bisa langsung dibawa menuju kawasan Santolo dengan menyusuri bibir pantai.  


Lalu bagaimana dengan budget pengeluarannya? Sebenarnya semua tergantung dengan kondisi masing-masing. Kami sendiri mengularkan sekitar 80ribu untuk bensin, 20 ribu untuk tiket masuk dan beberapa biaya parkir di luar daerah pantai, dan sampai 100 ribu untuk jajan dan makan. Tentunya semua bisa disesuaika dengan kebutuhan dan kondisi kalian. So, have a fun trip there. Feel free to ask in the comment section below!