dr. Sahachiro Hata (1873-1938)
sumber: www.odermatol.com |
Diganti
namanya menjadi Jl. Dr. Hatta oleh Pemkot Bandung, nama jalan ini sebenarnya
tidak ada kaitannya sama sekali dengan wakil presiden pertama kita, Bung Hatta
(bukan salah kita, kok). Jalan ini dibuat dan disematkan nama “Hata” sebagai
bentuk penghargaan terhadap pengabdian dr. Sahachiro Hata, seorang dokter dan
ahli bakteri berkebangsaan Jepang, yang merupakan asisten setia dari dr. Ehrlich
dalam mengembangkan berbagai macam vaksin dan obat di jaman Hindia Belanda. Dalam penelitiannya, dr.
Hata berhasil mengembangkan obat untuk penyakit sipilis, yang diberi nama No.
606, sesuai dengan jumlah percobaan yang dilakukan sampai dengan keberhasilan
obat tersebut. Setelah berhasil dalam mengembangkan obat tersebut, Sahachiro Hata
dinobatkan untuk penghargaan Nobel di tahun 1911, 1912, dan 1913.
Atas pengabdiannya terhadap dunia kedokteran
di masa Hindia Belanda, Gemeente Bandoeng mengabadikan nama Sahachiro Hata
sebagai nama jalan, “Hataweg”, yang sekarang berubah menjadi Jl. Dr. Hatta oleh
pihak pemkot Bandung beberapa tahun silam. Kesalahan yang sepertinya terlihat
kecil, namun fatal. Udah mah penulisan gelar menggunakan huruf “D” kapital,
yang mana gelar itu ditujukan untuk “doktor”, penulisan nama pun salah dengan
penggandaan huruf “t” (seharusnya bertuliskan Jl. dr. Hata). Selain itu, monumen
dan museum Sahachiro Hata didirikan di Prefektur Shimane, tempat kelahirannya,
untuk mengingat pengabdiannya dalam dunia kedokteran di jaman Hindia Belanda.
Jadi, apabila kalian kebetulan sedang melintasi Jalan Cipaganti dan melihat Jl. Dr. Hatta, singkirkanlah imajinasi mengenai nama jalan tersebut dengan Bung Hatta. Ingatlah dr. Hata yang bersama dengan dr. Ehrlich berhasil mengembangkan obat bagi berbagai macam penyakit di dunia ini.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar