Berdasarkan ketertarikan saya pada fine art dan seni secara umum—walaupun
saya tidak terlalu tahu banyak mengenai seni—ketika diajak oleh rekan di Komunitas Aleut untuk mengikuti salah
satu paket tour dalam Asia Tourism Forum (ASF) 2016 pada hari Senin 9 Mei 2016
kemarin, saya langsung mengiyakan tanpa basa-basi ataupun memikirkan agenda
lainnya yang saya miliki. Acara perjalanan yang diberi nama “Beyond Fine Art” ini menyajikan sebuah
perjalanan bertemakan seni, dimana para peserta tour akan mengunjungi
rumah-rumah dan galeri seni dari para seniman ternama. Adapun para seniman
tersebut adalah Rita Widagdo, A.D. Pirous, dan Sunaryo.
Perjalanan yang diikuti oleh berbagai
kalangan—terutama dari para peserta ASF 2016—ini merupakan rangkaian terakhir
dari acara ASF 2016 yang telah berlangsung dari tanggal 7 Mei 2016. Bukan hanya
tour Beyond Fine Art ini saja yang ditawarkan, paket tour lain seperti
mengunjungi daerah Jelekong, Cirendeu, dan Darul Tauhid pun ada. Kebetulan yang
tersedia untuk saya saat itu hanya Fine Art, ya saya ikut saja. Toh, saya yakin
semua perjalanan akan menarik.
Perjalanan yang dimulai sekitar pukul 9
pagi itu dimulai dengan mengunjungi rumah Rita Widagdo yang terletak di Jl.
Setiabudi no. 160. Rumah tersebut terletak di sebrang Mess Angkasa dan sesudah
Borma Setiabudi kalau kita datang dari arah selatan. Jaraknya tidak begitu jauh
dari kampus saya UPI tercinta. Rumah yang memiliki konsep terbuka dan super
duper nyaman ini menyatu dengan galeri sederhana miliki Bu Rita yang seringkali
beliau perlihatkan pada tamu yang datang. Tiap hasil karyanya dijelaskan secara
rinci oleh Bu Rita sendiri. Bukan hanya itu, kami pun dipersilahkan untuk
melihat salah satu karyanya yang akan dikirim ke Jakarta. Kami adalah para
pengamat pertama yang dapat melihat bentuk dari karya tersebut. Perdana! Betapa
senangnya kami ketika diberikan kesempatan tersebut. Bu Rita pun tidak pelit
dalam menjelaskan rincian mengenai hasil karyanya ini. Bahkan dia tidak
melarang kami untuk berfoto ria dan menyentuh hasil karyanya yang indah.
Salah satu pojok galeri Bu Rita W.
Bengkel Bu Rita ini pun tidak jauh
letaknya dari rumah beliau. Warga UPI mungkin banyak yang mengetahui lapangan
futsal Sampoerna. Yap, ternyata bengkel Bu Rita ini terletak di mulut jalan
menuju lapangan Sampoerna. Kemana saja aku selama ini.
Mendapat penjelasan mengenai hasil karya terbaru di bengkel Bu Rita W. |
Oh, ya. Untuk rincian cerita mengenai
pengalaman selama berada di rumah dan bengkel Rita Widagdo, bisi kunjungi halaman ini.
Setelah puas berbincang dan mengamati
karya seni Rita Widagdo, kami melanjutkan perjalanan ke rumah A. D. Pirous,
seorang seniman asal Aceh yang terkenal dengan seni lukisnya. Rumahnya terletak
di Jalan Bukit Pakar Timur. Tidak jauh setelah Sierra Resto & Café. Kalian
anak gaul pasti tahu dong tempat itu. Sebenarnya, rumah beliau tidak dibuka
untuk umum, namun para peserta ASF diberikan kesempatan untuk mengunjungi
galeri Pak Pirous tersebut.
Satu kata yang terus keluar dari bibir
saya selama berada di sana, indah. Rumahnya indah, tata ruangnya indah,
pemandangan dari balkon rumahnya indah, galerinya indah, meja kerjanya indah,
hasil karyanya indah, bahkan toiletnya pun indah! Saya serius. Toiletnya
bersifat semi-terbuka. Pokoknya indah. Saya jatuh cinta dengan rumah dan galeri
Pak Pirous ini. Apabila saya diberikan waktu seminggu penuh untuk tinggal di
sana, saya akan dengan sangat senang hati menerimanya.
Galeri Pak Pirous |
Begitu kami tiba di rumah Pak Pirous,
beliau menyambut kami di pintu masuk dengan ramah dan menyalami kami satu
persatu. Kami disilahkan masuk melihat-lihat isi rumahnya dan turun ke
galerinya untuk melihat hasil karyanya yang sangat indah dan penuh dengan makna
sosial, agama, dan politik. Beliau dengan tenang dan sabar memberikan
penjelasan mengenai karyanya dan tidak segan menjawab semua pertanyaan yang
terlontar dari bibir peserta. Berbeda dengan Rita Widagdo, Pak Pirous fokus
pada seni lukis. Cat yang digunakannya pun bermacam-macam, dari mulai cat air
hingga akrilik semuanya ada di meja kerjanya. Meja kerja yang menjadi impian
saya semenjak kecil dahulu.
Untuk catatan yang lebih detail
mengenai kunjungan ke rumah dan galeri A.D. Pirous, bisa kunjungi halaman ini.
Selanjutnya, kami mengunjungi Selasar
Sunaryo Art Space. Tapi karena perut kami sudah memberontak semenjak kami
berada di rumah Pak Pirous, ditambah dengan tenaga yang terkuras habis karena
harus berjalan menanjak beberapa ratus meter dari rumah Pak Pirous untuk menuju
Selasar Sunaryo, kami memutuskan untuk makan siang dan istirahat sejenak di
Kopi Selasar. Kopi Selasar ini merupakan sebuah café dan resto yang masih
menjadi bagian dari Selasar Sunaryo Art Space. Selayaknya café dan resto yang
menyatu dengan sebuah galeri, tempat ini sangat nyaman untuk disinggahi
lama-lama ditambah dengan suasananya yang semi-terbuka, menyatu dengan alam.
Soal pemandangan, tidak perlu ditanyakan lagi. Apabila menghadap ke selatan,
kita akan disuguhkan dengan pemandangan indah kota Bandung; datang di malam
hari untuk menikmati keindahan kota Bandung dari Kopi Selasar ini dapat menjadi
pilihan tepat untuk bersantai dengan pasangan.
Makan siang di Kopi Selasar |
Selepas makan, kami diajak masuk
berkeliling galeri. Kebetulan di sana juga sedang diadakan pameran karya seni
Krisna Murti yang bergaya multimedia. Setelah menikmati karya-karya Krisna
Murti, kami diajak naik ke atas untuk melihat-lihat karya dari Sunaryo. Sayangnya,
kami tidak diperkenankan untuk memotret di dalam galeri. Karena itu, tidak ada
foto dalam ruangan yang bisa saya tampilkan di sini.
Pemandangan indah di Wot Batu |
Untuk catatan yang lebih detil mengenai kunjungan ke Selasar Sunaryo Art Space dan Wot Batu, bisa kunjungi halaman ini.
Karena waktu kami yang terbatas, kami
harus meninggalkan Wot Batu sesegera mungkin. Setelah berfoto bersama dengan
Pak Sunaryo dan rekan peserta ASF lainnya, kami melanjutkan perjalanan kembali
ke Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung dan mengakhiri perjalanan dengan
berfoto bersama di depan gedung STP Bandung.
Perjalanan ini tergolong singkat, hanya
sekitar 6 jam, namun memberikan kesan yang melekat dengan kuat dalam ingatan
saya. Semua tempat yang saya kunjungi tersebut merupakan tempat yang belum
pernah saya kunjungi sebelumnya; semuanya merupakan pengalaman yang benar-benar
baru. Selama ini saya kira perjalanan yang mengusung tema terfokus seperti
wisata seni ini akan menjadi wisata yang membosankan dan hanya ditujukan untuk
kalangan tertentu. Namun, pada kenyataannya, saya yakin semua orang dapat
mengikuti perjalanan ini dan membawa senyum kebahagiaan dan kepuasan di akhir
perjalanan. Terima kasih untuk Asia Tourism Forum dan Komunitas Aleut yang
selalu memberikan saya kesempatan untuk mengikuti acara-acara seru. Semoga Asia
Tourism Forum yang akan datang dapat menyajikan perjalanan yang lebih menarik
lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar