Tulisan pertama di tahun 2017 ini juga
menjadi penanda setahun berlalu sejak terakhir kali aku menulis catatan
perjalananku. Bukan berarti aku tidak bepergian kemana-mana dalam setahun ini, hanya saja kesibukan
kerja menjadi alasan sampah utama untuk ‘hiatus’ dari menulis.
Lalu, apa gerangan yang jadi pencetus
keinginanku untuk menulis kali ini? Entahlah. Di satu sisi, aku ingin
membagikan berbagai informasi berguna yang dapat dibaca bagi orang yang akan
mengadakan perjalanan serupa. Di sisi lainnya, aku ingin membanggakan diriku
pada dunia mengenai perjalanan menyenangkan yang aku lakukan bersama dengan
pasanganku. Kupikir, alasan yang kedua tentunya lebih umum, kan? So, selamat membaca
tulisan perjalanan super panjang khas Anak Kota Story!
Jadi, setelah memiliki rencana yang tak
kunjung juga terealisasikan bersama teman-teman, akhirnya aku dan pasangan
memutuskan untuk segera pergi ke pantai. Tak ada satupun dari kami berdua yang
mengetahui tentang kondisi jalanan dan lokasi dari pantai yang akan kami
kunjungi ini, Santolo dan Sayang Heulang. Semuanya murni bermodal dari sedikit
sumber yang ada di Internet. Waktu perencanaan dan persiapan bekal pun kami
lakukan seadanya dengan mindset “yang
penting ada makanan dan disana ga lapar”. Begitupun dengan izin kepada orang
tuaku yang dilakukan sangat mendadak, satu malam sebelum kepergian.
Karena kami berdua tahu pasti bahwa kami
tidak diizinkan bermalam di lokasi, kami memutuskan untuk pergi pagi sekali
dari Bandung dan berencana untuk pulang setelah Ashar nantinya. Tepat pukul
06.00 pagi kami meluncur dari pusat kota Bandung ke arah Ujung Berung sesegera
mungkin sebelum jam kemacetan dimulai.
Sebetulnya ada dua rute untuk menuju pantai di
kawasan Garut ini; yang pertama melalui Pangalengan, dan yang kedua melalui
Cikajang Garut. Karena kami belum terlalu mengenal jalur selatan Pangalengan,
kami memutuskan pergi melalui Cikajang Garut.
Sekitar 2 jam lamanya kami berkendara dengan
motor berkecepatan tinggi sampai akhirnya sampai di Tarogong, Garut. Kami hanya
berhenti sekitar dua kali untuk membeli minum dan mengisi bensin. Karena itu,
jangan harap kalian dapat menempuh waktu yang sama kalau bawa motornya santai
dan banyak berhentinya. Di Tarogong, kami melanjutkan perjalanan menuju
Cikajang melalui Garut Kota. Perjalanan dari Tarogong menuju Cikajang ini
sendiri membutuhkan waktu sekitar 1 jam lamanya. Tentu saja jaraknya lumayan
jauh ya.
Nanti, ketika kalian sudah melewati Alun-Alun
Kota Garut, kalian lurus saja terus sampai menemui lampu merah. Dari lampu
merah tersebut langsung belok kanan. Di sebelah kiri kalian, akan ada papan
yang memberitahukan informasi mengenai jarak dari titik tersebut menuju lokasi
wisata Pantai Selatan yang ada di Garut. Dari titik tersebut menuju Pantai
Sayang Heulang sendiri lumayan jauh, sekitar 84 km. Ya, dengan jarak segitu
kalian sudah bisa sampai Sukabumi kalau berangkat dari Bandung. Jauh banget?
Banget!
Sesampainya di daerah Cikajang, hujan mulai
turun. Untungnya kami membawa jas hujan yang nyaris saja kami simpan mengingat
pemikiran “Ah, mau ke pantai mah pasti panas, ga akan hujan!”. Iya, itu kalau
kalian pergi ke Pelabuhan Ratu atau pantai-pantai lain di daerah Utara. Aku
akhirnya tahu kalau untuk menuju Pantai Selatan, kami harus melewati perkebunan
teh dan puncak pegunungan tinggi yang ditutupi kabut tebal. Dinginnya jangan
ditanya, rasa sedih masih terasa ketika mengingat tangan pasangan yang sampai
mati rasa karena menahan dingin sembari mengendarai motor. Kabut tebal ketika
melewati pegunungan pun membuat jarak pandang berkurang hanya sampai 100 meter
saja. Jalanan yang berkelok kelok dan rusak di beberapa titik pun membuat waktu
tempuh perjalanan menjadi sangat lama. Dari perkebunan teh Cikajang sampai tiba
di kota Pameungpeuk, kami membutuhkan waktu 2 jam.
Dua jam penuh rasa putus asa dan mati rasa.
Tapi tenang, ketika sudah sampai di
Pameungpeuk, kalian akan merasakan hangatnya udara khas daerah pesisir pantai.
Walaupun sebetulnya sama saja dengan udara kota Bandung di siang hari. Matahari
mulai muncul dan menghangatkan badan kami. Ketika melihat pemandangan
sekeliling, akupun dapat melihat ujung dari persawahan yang aku yakiinnnn
sekali kalau itu adalah pantai. Setelah meyakinkan diri dengan bertanya kepada
warga sekitar, kami segera meluncur ke Pantai Sayang Heulang. Sekitar pukul
11.00 kurang kami akhirnya benar-benar sampai di sana
Saat kalian sampai di sana, akan ada gerbang
dengan pos penjagaan yang memberikan tiket masuk. Tenang saja, penjaganya resmi
dari Dinas Pariwisata Garut kok. Hanya dengan membayar 5ribu/orang kalian sudah
bisa masuk dan tanpa biaya parkir ataupun pungli-pungli lainnya. Murah meriah!
Begitupun kalau kalian nanti mau masuk ke Pantai Santolo, 5ribu rupiah untuk
tiap orangnya dan bebas menikmati pantai setelahnya.
Ombak di pantai selatan memang tergolong
ganas dan berbahaya. Begitupun di pantai Sayang Heulang ini. Ombaknya luar
biasa dan anginnya membuatku oleng berkali kali ketika berjalan. Saranku sih,
kalau mau main air tunggu sekitar pukul 14.00. Pada siang menjelang sore hari,
air laut akan surut dan pantai menjadi aman untuk disinggahi. Bahkan kalian
bisa berjalan sampai hampir ke tengah pantai. Kalian bisa makan siang atau
main-main di pinggir pantai untuk menunggu surut tiba.
Air laut belum begitu surut tapi sudah bisa coba berjalan ke tengah pantai |
Kalau sudah surut, kondisi pantai jadi amat
sangat indah! Karang dan rumput laut terlihat jelas di dasar pantai karena
airnya sangat jernih dan bersih. Selain itu, kalian bisa mampir ke pulau
Santolo hanya dengan berjalan kaki. Itupun kalau kalian mau. Daripada naik
perahu 20ribu saat air laut masih pasang. Aku sih pilih yang gratisan.
Kalau air laut sudah surut, kalian bisa
melihat banyak nelayan yang berjalan sangat jauh ke batas ombak untuk mencari
kerang segar. Di pinggir pantai pun banyak sekali warga yang selesai menjemur
rumput laut untuk diolah menjadi berbagai macam makanan sedap. Sinar matahari
yang menuju terbenam akan mempercantik pemandangan di sekitar pantai. Lovely!
Oiya, kalau mau menginap, masih ada banyak
sekali penginapan dengan kisaran harga 100rb-200rb semalam. Kami sempat
ditawari menginap oleh seorang warga di sebuah pondok kayu tepat di pinggir
pantai. Kalau dilihat dari luar, bisa dihuni sampai 6-7 orang. Coba tebak
harganya, 200 ribu rupiah saja pemirsa!!! Gila, jaman gini 200 rebu doaaang.
Udah gitu, pas aku coba tanya harga penginapan lainnya, harganya ternyata sama
rata 150ribu sajah! Wih, mantep bener. Kalau di daerah pantai terkenal lainnya,
mana bisa dapat penginapan dengan harga segitu. Bebas pula mau disii berapa orang.
Bukan hanya keindahan laut dan murahnya
fasilitas disana yang membuat aku kagum, ketiadaan pungli, fasilitas masjid
yang sangat bagus, dan juga keamanan disana sangat aku apresiasi. Motor bisa
diparkir di gazebo yang dapat digunakan gratis, barang-barang pun bisa kita
simpan di sana, dan semuanya aman selagi kita bermain air. Aku sempat
meninggalkan motor dan tas sekitar sejam lamanya dan semuanya masih aman.
Kesenangan kami di pantai harus diakhiri
ketika adzan ashar berkumandang. Tanda sore hari telah tiba dan kami tahu
dengan jelas bahwa kami harus dapat melintasi pegunungan sebelum matahari
benar-benar tenggelam.
Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada
laut yang indah, aku dan pasangan akhirnya melakukan perjalanan pulang dengan
rasa sedih. Sedih karena harus berpisah dengan laut dan sedih mengingat betapa
jauh dan sulitnya perjalanan melintasi pegunungan dingin dan berkabut.
Untuk kalian yang mau melakukan perjalanan
menuju Sayang Heulang dan Santolo menggunakan jalur Cikajang Garut, aku sarankan
beberapa hal:
- · Gunakan jaket dan pakaian tebal serta selalu sediakan jas hujan. Daerah Cikajang-Pameungpeuk terletak di pegunungan. Walaupun cuaca sedang cerah, kabut akan tetap ada dan udara pun akan tetap sangat dingin.
- · Beli bensin cadangan yang dimasukkan dalam botol untuk bekal perjalanan. Kami menghabiskan sekitar ±8L bensin untuk perjalanan pergi pulang. Tentu disana banyak pertamini bersliweran sepanjang jalan, namun harganya beda jauh dengan di kota. Kalau mau berhemat, saran aku sih bekal saja J
- · Berangkat pagi sekali dan pastikan kendaraan dalam keadaaan prima. Ketika memasuki pegunungan, kalian akan menghadapi jalan berkelok menanjak dan menurun. Pastikan ban tidak licin dan rem berfungsi sempurna, pun lampu menyala terang.
- · Kalau tidak mau bermalam di sana, pulang sebelum pukul 16.40. Kenapa? Karena jalanan di area pegunungan sangat gelap tanpa penerangan, sepi, dan rawan kecelakaan. Kendaraan pun tidak bisa meaju terlalu kencang karena jalurnya yang berkelok. Tentunya kalian tidak mau sampai rumah terlalu malam dengan kondisi jalanan yang banyak begalnya akhir-akhir ini.
- · Tidak usah repot-repot keluar area Sayang Heulang kalau mau ke Santolo. Cukup tunggu sampai air surut dan kalian bisa berjalan kaki menuju pulau Santolo. Motor pun bisa langsung dibawa menuju kawasan Santolo dengan menyusuri bibir pantai.
Lalu bagaimana dengan budget pengeluarannya?
Sebenarnya semua tergantung dengan kondisi masing-masing. Kami sendiri
mengularkan sekitar 80ribu untuk bensin, 20 ribu untuk tiket masuk dan beberapa
biaya parkir di luar daerah pantai, dan sampai 100 ribu untuk jajan dan makan. Tentunya
semua bisa disesuaika dengan kebutuhan dan kondisi kalian. So, have a fun trip
there. Feel free to ask in the comment section below!